Suntiang Untuk Wanita di Minangkabau
Suntiang ataupun sunting adalah benda sebagai penutup sekaligus penghias
kepala seorang wanita di Minangkabau dalam acara besar, terutama ketika
acara resepsi pernikahan. Atau ini dipakaikan pada Anak Daro -
Pengantin Wanita. Mungkin dari sinipulah lahir kata 'mempersunting' yang
sekiranya kita sudah sama-sama tahu artinya. Rata rata warna suntiang di Minangkabau berwarna merah. Tetapi terkadang
juga ditemukan modifikasi dengan warna silver atau perak. Lalu
dipadankan dengan baju merah sang pengantin wanita. Secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi dua. Suntiang gadang
(suntiang besar) dan suntiang ketek (suntiang kecil). Suntiang gadang
digunakan oleh pengantin. Sementara suntiang ketek, biasaya digunakan
oleh para pendamping (dayang) pengantin.
Struktur Suntiang
Terdapat beberapa lapisan pada suntiang ini. Pertama bungo sarunai, yang berjumlah 3-5 rentetan.
Lapisan kedua suntiang disebut Bungo Gadang. Terpat juga 3-5 deretan.
Sementara terakhir sebagai lapisan atas Kambang Goyang dengan hiasan
yang dinamakan kote-kote. Pada bagian belakang ada semacam sanggul. Bagian tersebut dinamakan
Kondai. Lalu ditutup oleh bagian yang disebut Pisang Saparak. Bagian
depan bagian dahi dan telinga disebut Laca dan Ralia.
Dahulu, diperkirakan berat suntiang ini mencapai 5 kg. Bahkan dari
beberapa literatur disebutkan memang terbuat dari emas. Ini yang sering
kita dengar dalam nyanyian 'Basuntiang Ameh/bersunting emas'. Jadi
nyanyian tersebut bukan sekedar bujuk dan gombalan saja. Disebutkan juga
bahwasanya suntiang ini dipasang satu demi satu. Namun, tentu berkisarnya waktu membawa perubahan. Sekarang diperkirakan
berat suntiang di Minangkabau hanya sekitar 3,5 kg. Tapi ini juga cukup
berat. Hal tersebut menunjukkan sebuah falsafah betapa beratnya beban
yang akan ditanggung setelah menjadi istri dan suami. Dalam waktu yang
lebih kekinian lagi, bahkan sekarang telah ada suntiang yang dibuat dari
alumunium dan plastik. Berat suntiang inipun sudah tereduksi.
Rangkaian pada suntiang ini dibagi menjadi 5 bentuk hiasan yang masing masing dikenal dengan,
- suntiang pilin (sunting pilin),
- suntiang gadang (sunting besar),
- mansi-mansi (kawat-kawat),
- bungo (bunga),
- jurai-jurai.
Untuk satuan dalam pengukuran suntiang ini disebut dengan Mansi. Ukuran paling besar adalah 25 Mansi.
Macam macam Jenis Suntiang di Minangkabau
diklasifikasikan menjadi 4 jenis,
- Suntiang bungo pudiang (sunting berbunga puding)
- Suntiang pisang saparak (sunting pisang sekebun)
- Suntiang pisang saikek (sunting pisang sesisir)
- Suntiang kambang loyang (sunting kembang loyang)
Berdasarkan bentuk ikatan dan daerah asalnya, variasi suntiang cukup
banyak. Sebut saja,suntiang ikek pesisir (sunting ikat Pesisir),
suntiang ikek Kurai (sunting ikat Kurai), suntiang ikek Solok Selayo
(sunting ikat Solok Selayo), suntiang ikek Banuhampu Sungai Puar
(sunting ikat Banuhampu Sungai Puar), suntiang ikek Limo Puluah Koto
(sunting ikat Lima Puluh Kota), suntiang ikek Sijunjuang Koto Tujuah
(sunting ikat Sijunjung Kota Tujuh), suntiang ikek Batipuah Sapuluah
Koto (sunting ikat Batipuh Sepuluh Kota), suntiang ikek Sungayang
(sunting ikat Sungayang), dan suntiang ikek Lintau Buo (sunting ikat
Lintau Buo). Suntiang ikek bungo pudiang (sunting ikat bunga puding) banyak dipakai
didaerah Batipuh Tanah Datar. Suntiang pisang separak (sunting pisang
sekebun) banyak dipakai didaerah Luhak Lima Puluh Kota, Solok, Sijunjung
Koto Tujuh, dan Sungai Pagu. Suntiang pisang sasikek (sunting pisang
sesisir) banyak dipakai di daerah Pesisir. Suntiang kambang loyang
(sunting kembang loyang) banyak dipakai di daerah lain.
Gambar Pakaian Pernikahan (Baralek di Minangkabau)
|
Kiri: 50kota / Kanan- Pariaman |
|
Kiri Padang / Kanan: Bukittingi |
|
Kiri Sijunjuang / Kanan Sawahlunto |
|
Kiri Pasaman / Kanan Pasaman Barat |