Berpijak pada Tali nan Bapilin Tigo yaitu Undang (pemerintah),
Syarak/Agama (Alim Ulama), dan Adat (Kesatuan Niniak Mamak /KAN).
Hukumnya juga berbeda yaitu pertama, undang/pemerintah hukumnya adalah
salah batimbang, bautang babayie. Diproses baik secara pidana maupun
secara perdata. Kedua, Syarak (agama) adalah jatuhnya hukum berdasarkan
Al-Qur’an dan Sunnah, baik soal munakahat dan lain-lain, tetapi
perselisihan manusia dengan manusia lainnya, salah pada Allah Tobat, dan
salah ka manusia minta maaf. Ketiga, hukum adat adalah salah mulut
talompek, salah tangan tajangkaukan, salah kaki talangkahkan, dihukum
dengan sekapur sirih didepan orang ramai, salah basapo ka nan bana,
batuka baanjak ka nan elok.
Samaso dahulu menuruik tambo, samaso pamarentah dipacik oleh urang adat, mako dibuaeklah undang-undang nan 20 (labiah lengkap Undang Undang Adaik nan 20.dan undang-undang nan 8, samanjak
pamarentah mamacik undang maka undang-undang nan 20 dan undang-undang
nan 8 ini dipacik oleh pamarentah, dimano kaduonyo undang-undang itu
basangkutan jo pidana dan perdata.
Setelah jelas perbedaan tali nan bapilin tigo, memegang peranan yang
berbeda, maka adat membuat suatu keputusan KAN yang berlaku di nagari,
yang disebut adat salingka nagari berarti tidak laku dinagari lain.
Misalnya, tidak boleh menikah sesama suku.
Jelas bagi nagari yang membuat keputusan tentu berlaku, dan bagi nagari yang tidak membuat keputusan berarti tidak berlaku itulah dinamakan Adat Salingka Nagari.
Adat itu hidup
Nyawa adat adalah perasaan (raso jo pareso),
Tubuh adat adalah perbuatan dan perkataan,
Adat kalau dipakai: Baru
Kain kalau dipakai: Usang
Supaya adat ini selalu “baru,” maka harus selalu dipakai.
Janjang (urutan) kita mengetahui adat itu harus lebih dahulu kita tahu di nan 4 (empat) yaitu tahu jalan mandaki, tahu jalan manurun, tahu jalan mendatar dan tahu jalan melereng (maliriang).
Penjelasannya, jalan mandaki adalah dari anak kepada orang tua. Jalan manurun adalah dari mamak kepada kemenakan atau dari orang tua kepada anak. Jalan mandata adalah sesama besar (gadang) yang boleh bersenda gurau. Jalan maliriang adalah antara mamak dengan orang sumando.
Penjelasan tentang Mamak.
a. Mamak rumah hal ini adalah umum setiap orang sumando menyebut mamak rumah kepada seluruh mamak dan saudara perempuannya.
b. Mamak kaum adalah penghulu dan Imam Khatibnya.
c. Mamak Kuaso adalah mamak kepala waris dalam perut (paruik) kaum yang tidak mempunyai Imam Khatib.
d. Mamak Pusako adalah anak mamak yang telah meninggal dunia dengan ketentuan setelah ayahnya meninggal dunia sebelum ayahnya meninggal dunia dia belum boleh duduk dekat ayahnya itu dan disebut belum mamak pusako.
Kok lai mamak dimuliekan oleh kamanakan, kok lai kamanakan dikasihi oleh mamak, harus dijalankan menurut yang biasa dahulu. Setiap kegiatan yang diadakan oleh anak kamanakan yang bertalian dengan adat umpamanya: Ado anak ditanyo urang, atau Mano sawah nan kadibuek. Ado kakurangan atau manjua ternak dan lain-lain.
Sekarang kita bicarakan ka nan 4 (ampek) tentang menjual ternak. Adabnya adalah pertama kamanakan suami isteri datang kerumah mamak. Kedatangan itu bertujuan untuk menyampaikan maksud (rencana) akan menjual ternak. Tiba di rumah mamak, mamak menanyakan kepada kamanakan, apa maksud tujuan datang. Kamanakan menyampaikan maksudnya dia akan membeli suatu kebutuhan yang diperlukan, untuk membeli keperluan tersebut kami akan menjual seekor sapi (jawi). Setelah mendapat persetujuan dari mamak, maka mamak langsung membuatkan surat jual beli ternak tersebut yang ditanda tangani oleh urang sumando dan sekali gus ditanda tangani oleh mamak. Kemudian kamanakan mohon diri dan turun dari rumah mamak. Dengan bekal surat izin yang telah dibuat dan diatanda tangani oleh mamak, kamanakan langsung menemui wali kampuang untuk memberitahukan tentang adanya surat jual beli. Besoknya barulah datang saudagaruntuk menjemput lembu (sapi/jawi) tersebut dan membayarkan uangnya, sedangkan kamanakan tadi menyerahkan surat jual beli kepada saudagar. Saudagar (toke) membawa surat izin mamak ke Wali Nagari untuk ditukar dengan surat pas ternak. Bila hal ini dijalani sebagaimana tersebut diatas maka lancarlah undang dengan adat.
Bagaimana sekarang?
Saudagar ternak langsung kerumah kamanakan untuk membeli lembu dan kalau harga sesuai, ternak tersebut dibawa dengan truknya terus keluar nagari tanpa menjalani proses seperti yang kami sebut diatas.
Penutup
Adat balukis balimbago
Bungka ganok cupak buatan
Pantangan adat nan asli
Lapatuik undang dikarasi
Kami mandanga kaba barito
Dandang lah panuah dimuatan
Elok balayie masim kini
Antaro angin lai salasai.
Disarikan dari carito Ibnu Abbas Dt Rajo Bagindo(*1).
nagari-taluak.blogspot.co.id/2009/09/adat-salingka-nagari.html